PERANG PANJANG YG MELELAHKAN

by Adi Fa (Adi Fa)

Pada tanggal 23 Maret 1873, ekspedisi pertama Belanda tiba dipelabuhan Kerajaan Atjeh. Kapal itu tiada berlabuh pada tempat biasa, tetapi jauh dari tepi pantai dan disebelah Barat sungai Atjeh. Komisaris menulis sepucuk surat kepada Sultan meminta supaja mengaku kedaulatan Belanda dan jangan melawan. Surat itu dibawa Sultan kedalam sidang keradjaan di
Istana. Ada jang mengusulkan supaja berdamai sadja dengan Belanda, mengingat Atjeh kekurangan alat perang dan tiada mempunjai kapal dilaut. Tetapi Imum Lueng Bata, jang terkenal bidjak dan mempunyai gelar
„cempala Radja" menegaskan: „Benar kita lemah dan tiada mempunjai kapal perang dilaut, untuk mengusir musuh pada tempat-tempat jang lain. Tetapi sekarang ia sudah datang kemari, mendekati kita, maka tak boleh
sekali-kali kita tolak. Buatku tak ada damai', jang pandjang aku potong tiga dan jang pendek aku potong dua".

radja bertanya kepada Panglima Polem dari Sagi XXII, jang memberi jawaban sama dengan Imum Lueng Bata. Keputusan diambil', bila Belanda mendaratkan tenteranja, Atjeh akan melawan. Tetapi kalau Belanda hanja mundar-mandir sadja dilaut, Atjeh tiada akan berbuat apa apa
djawaban Sultan sampai kepada Komisaris dan ternjata tiada mau mengaku berdaulat kepada Belanda, lalu ia memaklumkan perang kepada Atjeh pada hari Rabu tanggal 26 Maret 1873
Tembakan jang pertama dari Belanda terdjadi pada pukul 4 sore tanggal 5 Muharram tahun 1290 Hidjriah (27 Maret 1873), petang Kamis malam Djum'at. Tiga kali djatuh berturut-turut di Kampung Djawa, 12 orang
mendjadi korban. Empat djam lamanja terdjadi tembakmenembak, dibalas oleh tentera Atjeh dari benteng ,Kota Megat". Pada pukul 8 malam, baru tembakan berhenti. Pada tanggal 30 Maret, Komisaris menerima gurat
dari Sultan, diantara lain berbunji: „jangan dirusakkan negeri kami

Pada tanggal 10 Muharram 1290 H. (5 April 1873),pagi-pagi benar tentera Belanda mendarat dipantai Lamtong Uleu Lheue. Belanda jakin bahwa Atjeh dapat ditaklukkan dengan segera sebab Atjeh itu terkenal lemah dan keadaan dalam negeninja katjau-balau. Belanda mempunjaii alat sendjata serba baru dan berperang setjara modern menurut kemadjuan baru jang
di'perdapat Napoleon.

Pedjuang Atjeh menjerbu kemedan perang dengan berani, sampai-sampai
kebatas Meraksa. Musuh mempergunakan meriam dan sendjata berat. Rakjat Atjeh banjak jang gugur kena tusukan bajonet dan pelor senapan. Pihak lawan banjak jang tewas kena tusukan tombak dan tikaman
rentjong waktu perang berketjamuk, satu lawan satu.Tentara Belanda jang tewas, terus diangkut kegaris belakang dan dibawa kekapal.

Tudjuan tentera Belanda sekarang hendak merebut Mesdjid Raja dan Kraton. Setelah terdjadi pertempuran jang dahsjat maka Mesdjid Raja djatuh ketangan tentera Belanda, lalu didjadikan tangsi serdadu
Pada suatu hari, pagi-pagi benar Köhler berdiri dihalaman Mesdjid, meneropong kearah Kraton. Halaman mesdjid sedjak terdengar kabar negeri akan perang,tak pernah dibersihkan orang lagi, maka sekarang
sudah banjak ditumbuhi semak-semak dan rumput hilalang.Sedang asjik Köhler meninjau melihat jauh itu, tiba-tiba seorang pedjuang jang bersembunji dalam semak-semak dihalaman mesdjid, melepaskan tembakan kepada Köhler. Djenderal itupun menemui adjalnja disitu djuga. Dengan tjepat Köhler dilarikan kekapai pada tanggal 15 April mayitnja dibawa pulang ke Djawa.

Maka pada 20 Nopember 1873, ekspedisi kedua berangkat dari Djawa dengan kekuatan 389 opsir, 8156
tentera bawahan, 315 ekor kuda, 33 pegawai sipil, 234 orang perempuan, 1037 orang d jongos opsir dan 3280 para pekerdja. Pada tanggal 28 Nopember, angkatan perang itu tiba dilautan Atjeh. Tiba dilautan Atjeh, maka langkah van Swieten jang pertama kali, jaitu menulis seputjuk surat kepada radja

Atjeh. Surat itu pandjang, isinja diantara lain, van Switen meminta supaja Atjeh djangan melawan. Kalau melawan djuga nistjaja akan sia-sia. Sebab Belanda itu kuat dan teratur segala-galanja. Ia — kata van Sweten dalam surat itu seterusnja '<-? selalu menang dimedan perang. Lihatlah di Djawa, Bali, Boni dan pâda beberapa tempat lain di Sumatera. Selain 'dari itu seluruh Sumatera .sudah dalam tangan Belanda, tinggal hanja lagi Atjeh sendirian. Bila akan melawan djuga, pastilah ta'kan sanggup. Kapal perang Belanda itu berlabuh pada bebeiapa tempat. Kemudian kabar angin bertebaran pula bermatjam-matjam, menimbulkan kegelisahan dikaiangan rakjat. Rumah Teuku Kadli Malikul-Adil dibakar, supaja segala surat rahasia keradjaan djangan djatuh ketangan musuh, sekiranja nanti pertahanan Atjeh gojah. Pertahanan Atjeh jang tangkuh adalah dibp.hagianUtara, sekeliling Uleu Lheue dan Lho' Nga. Tetapi Belanda mengambil taktik baru, sesudah terapungapungdilautan Atjeh beberapa hari, baru mendarat di Udiunq Batue Krueng Raja pada 9 Desember 1873 dan pada hari beresoknja, seluruh tentera Belanda sudah bersatu di Kuala Gigieng. Mesdjid Raja jang telahterbakar itu diduduki' kembali oleh tentera Belanda pada6 Djanuari 1874. Keadaan semakin menguatirkan,lalu diambil keputusan supaja radja menjinqkir ke Lueng Bata, jang djaraknja dari kraton, hanja tiga kilometer. Kemudian suasana semakin genting, maka radja serta pengiringnja mengungsi ke Pagar Ajer.Istana tak dapat dipertahankan lagi dan dja.un ketanganBelanda pada pukul 12 siang tanggal 24 Djanuari tahun 1874.

Pengawal kraton jang tiada tewas, dengan segera menudju Pagar Ajer, menjampaikan kabar kepada radja,bahwa kraton djatuh. Beberapa hari kemudian, Sultanpun gering dan pada pukul 4 petang hari Djum.
'at 7 Zulhidjdjah tahun 1290 H. (28 Djanuari 1874)maka Sultan Alaidin Mahmud Sjah mangkat diPagar Ajer dan dikuburkan disitu djuga. Delapan hari kemudian digali kembali dan dipindahkan ke Tjot Bada Samahani

Atjeh terus melawan, sekalipun kraton telah djatuh.Maka untuk mendjadi lambang keradjaan lalu diangkat Muhammad Daud, tjutju almarhum Sultan Mansur Sjah jang masih ketjil, dimesdjid' Lamteungoh Aneuk Galong mendjadi Sultan Atjeh pada 22 Muharram 1292 H. (4 Maret 1875).
Peperangan terus berdjalan, djenderal Pel tewas pada achir Pebruari tahun 1876, digantikan oleh dienderal Wiggers van Kerchem. Panglima Belanda jang baru ini mempunjai rantjangan, selain dari memperkuatkan pemerintahan di Atjeh Besar, djuga hendak menaklukkan tempat-tempat jang masih-ingkar kepada kompeni.Maka untuk maksud tersebut didatangkan jenderal Diemont. Tetapi ia ketjewa sampai datang djenderal
Karel van der Heyden, keadaan Atjeh masih juga belum aman.Dan perang masih Berlanjut Tiada lagi kedamaian ditanah Iskandar muda


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEUNG BATA

SUSUNAN PEMERINTAHAN ISKANDAR MUDA